Rabu, 29 Mei 2013

MANUSIA

Siapa mereka  manusia? Mengapa mereka selalu menjadi perbincangan dalam takdir yang tiada habisnya? Bicara tentang kita sebagai manusia mungkin tak akan ada batasnya. Salah satu ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Namun pada kenyataannya tak ada manusia yang sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan sang Penguasa alam semesta ini. Lantas seberapa jauh manusia harus berjalan untuk bisa disebut sebagai manusia? Terlalu kompleks untuk diuraikan , segala problematika yang ada dan selalu menyelimuti diri manusia. Masalah sudah menjadi hal yang mutlak yang selalu mengiringi takdir kehidupan manusia. Segala masalah yang ada mungkin selalu ada jalan keluarnya namun ada juga yang tiba-tiba hilang berlalu di makan waktu.

Tuhan tak pernah memberikan takdir yang sama pada setiap manusia. Karena jelas hidup itu terus berotasi dan berevolusi. Karena pada kenyataannya hidup itu tak selamanya di bawah kadang juga di atas, hidup itu tak selamnya melulu tentang kesedihan karena setiap insan berhak  untuk mendapatkan kebahagiaan. Hidup bukan hanya soal meminta tapi juga soal memberi dan berbagi. Begitulah romansa kehidupan selalu ada timbal balik karena segala hal tentang hidup itu selalu diciptakan berpasang-pasangan.


Lihatlah orang-orang di pinggir jalan itu, lihatlah anak-anak yang bernyanyi di persimpangan lampu merah itu, lihatlah orang tua yang rentan itu menyusuri panasnya jalan aspal itu. Pernahkah terlintas di pikiran kita jika posisi mereka beralih dalam posisi kehidupan kita, pernah kita berpikir posisi anak-anak dan orang tua itu dialami dalam hidup keluarga kita. Aku pikir kita belum tentu sanggup berada di posisi mereka. Cobalah sesaat untuk menunduk, pahami dan sekali lagi bertanyalah pada ketulusan hatimu yang paling dalam sudahkah kita bersyukur dengan segala yang diberikan Tuhan untuk kita, sudahkah kita berterimakasih atas segala anugerah dari Tuhan untuk kita. Kenapa kita selalu menuntut dan meminta padahal kita tak pernah memberi, kenapa kita selalu bilang hidup ini tak adil, memang seberapa adilkah hidup ini bagi manusia, kita bahkan tak jarang berprasangka buruk kepada Tuhan, namun sadarkah kita Tuhan selalu memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Ketika kita menjauh dari Tuhan, Tuhan tak pernah lari saat kita mencoba untuk mendekat lagi. Lantas kembali lagi, seberapa jauhkah manusia harus berjalan sehingga bisa di sebut sebagai manusia????


Hitamnya dunia kita
Tak mampu gelapkan batinku
Kilau tahta pun tak mampu
Butakan hatiku

Karena telah ku genggam sang mentari
Dan telah ku gapai bintang di angkasa
Namun tetap ku hanya manusia biasa yang bisa terluka
Aku adalah manusia sejuta perkara

Terlalu kompleks untuk diurai
Resmi problemku dengan tanda di atas materai
Kau tahu saat dekat masalah
Sebagai manusia kurasa adalah lumrah

Kadang lama terpecahkan dimakan waktu
Kadang yang ku temukan hanya jalanan buntu
Saat ku pilah ku pilah ku yakin
Walaupun sejuta ku pilah satu-satu

Fakta yang ada, cerita yang berbeda
Opini jadi warna, aku api andromeda
Ini drama, lakon tingkat dewa
Simple, seperti sphinx yang tak bernyawa

Aku manusia sejuta perkara
Setingkat kendali malaikat penguasa
Sejenak ku bukan manusia biasa
Aku refleksi sayap ksatria

Angkuhnya dunia kita
Tak mampu padamkan semangatku
lyricsalls.blogspot.com
Ku pasti kan selalu mampu
Tuk taklukkan semuanya

Karena telah ku genggam sang mentari
Dan telah ku gapai bintang di angkasa
Namun tetap ku hanya manusia biasa yang bisa terluka
Aku adalah manusia sejuta perkara

Akulah mason dari para raja
Adi kuasa dari banyak piramida
Mampu taklukkan semua samudera
Bergerak cepat bagai asam sianida

Satu, dua atau jutaan perkara
Ku toksin semua bagai racun kobra
Si mata satu yang jadi kuncinya
Move back, move back, step away

Ku gengam sang mentari
Ku gapai bintang di angkasa
Ku hanya manusia biasa yang bisa terluka
Aku adalah manusia sejuta Perkara

0 komentar:

Posting Komentar

Menulis telah menguatkanku. Please, leave some comment ^_^

About

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More