Apa yang mutlak yang selalu dilakukan oleh
manusia? Mungkin adalah mengulang kesalahan yang sama. Apa yang sering
terlupakan dalam diri seorang manusia? Mungkin adalah rasa bersalah. Kesalahan
yang telah atau akan kita lakukan mungkin sering kali tidak pernah terlintas
dalam alur logika kita. Kesalahan di masa lalu yang telah kita hapus, mungkin
akan tertulis dan terulang lagi di lain waktu.
Saat itu mungkin adalah peristiwa yang
tidak akan pernah terlupakan dalam memori kehidupanku. Saat itu aku bertemu
kembali dengan sosok yang pernah ku coba menghapusnya dari lembar kehidupanku
karena kisah klise di masa lalu. Entah takdir apa yang telah direncanakan oleh
Tuhan untuk mempertemukan kita saat itu. Yang jelas saat itu aku baru menyadari
bahwa sosok itu sangat sulit untuk ku hapus dari bayang-bayang masa laluku.
Kita bertemu tanpa sengaja, setelah hamper selama kurang lebih satu tahun kita
tak pernah bertatap muka. Awalnya kita hanya saling bertukar pandang tanpa satu patah kata pun yang dari mulut kita. Sampai semuanya mencair
ketika dia tersenyum dan menjabat tanganku. Kitapun akhirnya terlarut dalam
obrolan ringan, sekedar saling menanyakan kabar satu sama lain dengan sedikit
gurauan-gurauan kecil.
Terhitung sejak pertemuan singkat itu ,
kitapun sering menjalin komunikasi entah itu sekedar minum the bersama ataupun
hanya menayakan kabar lewat pesan singkat. Sampai pada suatu sore yang menduk
dengan rintik-rintik air hujan yang mengalun dengan pelan, dia menyatakan
sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. “Lif, I realize that you’re
still in my heart.” Kata farel sambil menatapku, seolah matanya
mengisyaratkansuatu hal yang kembali lagi dalam pandanganku yang sesaat sempat
menghilang. Kita mungkin dulu pernah saling mengisi, saling mengasihi bahkan
sempat saling membenci. Sampai pada hari ini, kita mengerti hati yang pernah
hilang belum tentu selamanya akan hilang, karena hati akan kembali kepada hati
yang telah dipilih. Aku hanya membalsanya dengan senyuman, kitapun saling
tersenyum dalam kisah cinta lama yang bersemi kembali.
Waktupun terus berputar dalam lingkarannya.
Aku pikir waktu telah menghapus kesalahan kita di masa lalu. Aku pikir waktu juga akan membuat kita
menjadi lebih baik dari hari lalu. Ternyata semua persepsiku itu nihil. Saat
itu kita membuktikannya sendiri. Entah apa yang harus memisahkan kita untuk
kedua kalinya. Ketika Farel memutuskan untuk menyerah lagi untuk kesekian
kalinya. Saat itu mungkin aku bisa lebih tegar. Walaupun hatiku berontak
menahan air mata yang tak mampu lagi untuk dibendung. Dan yang bisa kulakukan
pada saat itu hanyalah berusaha dan mencoba menerima, memahami apapun yang
terjadi semua akan baik-baik saja. Untuk kesekian kalinya kita selalu dan
selalu melakukan kesalahan yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar
Menulis telah menguatkanku. Please, leave some comment ^_^