Ku lihat
mata beliau yang begitu lemah dan sayu, berbaring tanpa daya di atas bed putih
dengan selimut tebal yang sedikit menghangatkannya. Nampak juga seorang
perempuan berusia kurang lebih 45 tahun dengan setia menemani dan menjaganya
dengan penuh ketulusan. Tampak kelelahan yang sama di antara keduanya. Aku
masih berdiri diam di balik pintu kamar rumah sakit itu. Seakan tak sanggup
meneruskan langkahku untuk menghampirinya tiba-tiba pikiranku pun terlempar ke
masa di mana aku masih dan selalu dijaga oleh seorang laki-laki yang menurutku
begitu tangguh dan selalu menyayangiku. Memberi segala yang ku inginkan
walaupun seringkali kenakalanku sering membuatnya kesal, tapi kasih sayangnya
untukku tak pernah surut. Dialah Ayahku.
Aku ingat betul apa yang dikatakan Ayah saat itu. “Nak, Ayah tak pernah menuntutmu
untuk menjadi dokter atau apapun. Ayah hanya ingin melihatmu dengan bangga
menjadi orang yang selalu bermanfaat buat orang lain. “ Aku hanya diam
menatapnya polos sambil menganggukkan kepala. Entah, walaupun umurku saat itu
masih kecil namun kata-katanya selalu terngiang dalam benakku hingga saat ini. Oh
ya saat itu juga aku masih ingat betul bagaimana beliau tak pernah lelah
memberiku semangat saat aku benar-benar terpukul, saat aku untuk pertama kalinya
mengenal perasaan yang begitu menyakitkan. “Ayah mengerti betul kamu di masa
dalam pencarian jati diri. Ayah dulu juga sama sepertimu. Nak, kamu tahu luka
yang diberikan atau telah ditorehkan oleh orang lain di hatimu akan
menguatkanmu suatu saat nanti. “ Akupun hanya tersenyum sambil memelukkanya.
Saat itu aku menyadari seorang laki-laki yang paling setia dan cintanya paling
tulus adalah AYAH.
Tiba-tiba
lamunanku pun dikagetkan oleh suara seorang wanita dihadapanku. “kenapa kamu
masih berdiri disitu. Ayah dan ibu dari tadi sudah menunggumu.” Aku menghampiri
mereka sembari menjabat tangannya. Kini aku menyadari tangan mereka tak sekuat
dulu, mereka terlihat semakin renta. Dan di saat itulah mungkin bukan beliau
lagi yang dengan tulus selalu menjaga dan merawatku, tetapi berganti aku yang
akan menjaga dan menyayangi mereka sama seperti mereka yang menjagaku di kala
masih kecil.
Kini aku
menyadari selama ini Ayah tak kan pernah sanggup melihat anaknya jatuh, karena
ayah selalu menguatkanku. Ayah tak pernah sedikitpun menyakitiku walalupun
seringku membuatnya kecewa, karena Ayah menyadari aku adalah anugerah dari
Tuhan yang begitu berharga. Dan Ayah mungkin bukanlah ayah yang terbaik di
dunia, namun ayah selalu berusaha melakukan yang terbaik semampu dan sekuat
yang Ayah bisa hanya untuk membahagiakan anak-anaknya.
"Tuhan tolonglah sampaikanSejuta sayangku untuknyaKu terus berjanjiTak kan khianati pintanyaAyah dengarlah betapa sesungguhnyaKu mencintaimuKan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
0 komentar:
Posting Komentar
Menulis telah menguatkanku. Please, leave some comment ^_^